1. Home
  2. hot news
Huawei dikabarkan tengah mengembangkan Kirin 1000 untuk ponsel selanjutnya
hot news

Huawei dikabarkan tengah mengembangkan Kirin 1000 untuk ponsel selanjutnya

Awal bulan lalu, Huawei baru saja meluncurkan chipet terbarunya yaitu Kirin 990. Chip tersebut yang dirancang oleh pabrikan Tiongkok, yakni HiSilicon itu diproduksi oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) menggunakan proses 7nm-nya.

Kini menurut laporan terbaru, Huawei dilaporkan tengah mengembangkan chipset selanjutnya yaitu Kirin 1000 yang diprediksi bakal digunakan di perangkat Mate selanjutnya yaitu Mate 40 pada 2020 mendatang.

Kirin 1000 juga bakal diproduksi oleh TSMC dengan menggunakan arsitektur 5nm, lebih kecil dari Kirin 990 yang berukuran 7nm. Selain itu, nomor proses terkait dengan jumlah transistor yang dapat ditemukan di dalam rangkaian terintegrasi.

Dengan demikian, angka proses yang lebih rendah menunjukkan jumlah transistor yang lebih tinggi dalam chip. Semakin banyak transistor di dalamnya, komponen ini semakin kuat dan hemat energi.

Menurut laporan itu, Kirin 1000 diproduksi menggunakan proses 5nm dan dapat menampung sebanyak 171,3 juta transistor per milimeter persegi. Untuk pembanding, Kirin 990 5G punya 10,3 miliar transistor.

Untuk pemrosesan, Kirin 1000 disebut-sebut akan memakai core dari ARM yang paling kencang saat ini, yaitu Cortex-A77, berbeda dengan Kirin 990 yang menggunakan Cortex-A76 karena fokus untuk menghemat pemakaian baterai. Serupa dengan Kirin 990, Kirin 1000 juga diperkirakan akan berbekal modul radio 5G terintegrasi. 

Informasi ini sendiri sudah dibenarkan oleh CEO Consumer Group Huawei Richard Yu, yang sempat menyebutkan bahwa chip 5nm mereka akan menggunakan Cortex A-77, CPU paling bertenaga untuk saat ini. Chipset ini juga akan berbekal NPU kecerdasan buatan terbaru Huawei, bertajuk Da Vinci.

Sementara itu, ARM mengklaim bahwa seri A-77 sebenarnya mempunyai konsumsi daya yang rendah, sama dengan A-76, namun performanya 20 persen lebih tinggi.

Seri Mate 30 yang diluncurkan kurang dari dua minggu lalu telah mengalami cacat serius di luar Tiongkok karena perusahaan asal Tiongkok itu masih berada dalam Daftar Entitas Departemen Perdagangan AS. Ini juga yang menyebabkan dilarangnya membeli komponen dan perangkat lunak dari negara bagian.

Dengan demikian, Mate 30 hanya bisa menjalankan versi open-source AOSP dari Android tanpa Google Play Store dan aplikasi inti Google lainnya. Namun ada satu masalah lainnya yang menimpa para pengguna Mate 30. Sebelumnya, Huawei menunjukkan bahwa pengguna bisa menginstal Play Store secara mandiri dari penyedia APK pihak ketiga, yakni LZPlay.

Namun aplikasi pihak ketiga yang menjadi tumpuan Huawei, LZPlay secara mengejutkan tidak dapat diakses, seperti dilaporkan John Wu, peneliti Android. Sementara Mate 30 Pro yang telah memiliki aplikasi Google tidak menembus tes SafetyNet.

SafetyNet adalah gerbang yang disiapkan Google untuk memeriksa apakah perangkat valid, aman, dan tidak dalam kondisi root. Dengan kegagalan melewati SafetyNet, maka pengguna tidak lagi bisa menggunakan Google Pay. Dalam artian, semua pengguna Mate 30 dipastikan tidak bisa menginstal segala macam layanan Google apa saja.

Namun, hal-hal tersebut seharusnya tidak menghalangi penjualan di Tiongkok dan Yu mengatakan ini selama akhir pekan bahwa pra-pemesanan untuk saluran Mate 30 adalah enam kali lipat jumlah yang diterima Huawei untuk seri P30.