1. Home
  2. hot news
Uber menjual bisnis mobil swakemudi ke Aurora seharga Rp56,6 triliun
hot news

Uber menjual bisnis mobil swakemudi ke Aurora seharga Rp56,6 triliun

Uber, penyedia layanan taksi terkemuka di dunia, telah mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk menjual anak perusahaan swakemudi atau mobil tanpa pengemudinya sendiri kepada Aurora Technologies seharga 4 miliar dolar AS (Rp56,6 triliun). Uber juga menginvestasikan 400 juta dolar AS (Rp5,6 miliar) dalam startup untuk 26 persen saham.

Sebagai bagian dari transaksi, Chief Executive Officer Uber Dara Khosrowshahi akan menjabat sebagai dewan direksi Aurora. Startup, yang berkantor pusat di Silicon Valley dengan kantor di Pittsburgh, juga akan memperoleh insinyur dan staf pendukung Uber A.T.G.

Kesepakatan akuisisi ini diharapkan akan ditutup pada kuartal pertama 2021. Penjualan Uber's Advanced Technologies Group telah bernilai 4 miliar dolar AS, yang jauh lebih rendah dari valuasinya yang sebesar 7,5 miliar dolar AS tahun lalu.

Meskipun Uber menjual divisi Advanced Technologies Group (A.T.G.), perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka tetap tertarik pada bidang tersebut. Ke depannya, perusahaan akan bekerja sama dengan Aurora untuk meluncurkan mobil tanpa pengemudi di jaringannya.

Namun, CEO Aurora Chris Urmson telah mengonfirmasi bahwa produk pertama perusahaan rintisan tersebut bukanlah taksi robot, tetapi kemungkinan besar adalah truk tanpa pengemudi.

Teknologi kendaraan tanpa pengemudi adalah fokus utama bagi pendiri dan mantan CEO Uber Travis Kalanick karena dapat membantu perusahaan mengurangi pengeluaran terbesarnya yaitu pengemudi. Dengan pengurangan biaya terkait pengemudi, perusahaan berharap menjadi untung, mengakhiri bertahun-tahun menanggung kerugian dalam miliaran dolar.

Namun, unit pengemudi otonom Uber telah terlibat dalam beberapa masalah hukum mulai dari kematian pejalan kaki hingga pencurian kekayaan intelektual. Sementara investor telah lama menekan perusahaan untuk menjual unit self-driving-nya, perusahaan akhirnya terpaksa melakukannya setelah pendapatan anjlok akibat pandemi COVID-19.