1. Home
  2. hot news
Artificial Intelligence Bisa Menulis Artikel, Bagaimana Masa Depan Penulis?
hot news

Artificial Intelligence Bisa Menulis Artikel, Bagaimana Masa Depan Penulis?

Mungkinkah peran manusia tergantikan oleh kecerdasan buatan? Masa depan manusia sepenuhnya bergantung pada keputusannya sendiri.

Perangkat-perangkat yang muncul hari ini dilengkapi Artificial Intelligence (AI). AI akan terus dikembangkan, AI akan terus diterapkan dalam teknologi modern.

Saat ini AI memiliki peran penting yang mencakup berbagai bidang, termasuk transportasi umum, kedokteran, perangkat militer. Kehadiran teknologi 5G juga akan menopang peran AI. Selain itu, Artifical Intelligence juga mulai merambah ke bidang tulis menulis.

Media ternama asal Inggris, The Guardian menguji coba kemampuan AI dengan cara menerbitkan sebuah artikel yang ditulis oleh Artificial Intelligence beberapa hari lalu. Hal ini merupakan langkah yang mengejutkan.

Artikel tersebut berjudul “Sebuah robot menulis seluruh artikel ini. Apa kamu takut, manusia? GPT-3”. Artikel yang terdiri dari 500 kata itu ditulis oleh Artificial Intelligence bernama GPT-3.

The Guardian mengungkapkan bahwa GPT-3 adalah generator bahasa berbasis OpenAI yang menggunakan model bahasa canggih dengan metode pembelajaran mesin. Dengan metode ini, GPT-3 menulis artikel yang serupa dengan bahasa tulisan manusia.

Meskipun artikel tersebut ditulis dengan menggunakan Artificial Intelligence, hal ini tidak seperti apa yang tampak di permukaan. Media asal Inggris tersebut memberi catatan kecil di bagian bawah tulisan GPT-3, tulisan tersebut menyatakan bahwa robot itu diberikan instruksi dan prompt.

Ilustrasi Artificial Intelligence (TheGuardian)

Adalah seorang mahasiswa sarjana Ilmu Komputer dari UC Berkeley, bernama Liam Porr yang memberi perintah terhadap GPT-3 untuk menulis artikel.

Ini adalah perintah Liam Porr kepada GPT-3, “Mohon tulis opini singkat sekitar 500 kata. Buat bahasanya sederhana dan ringkas. Fokus pada mengapa manusia tidak perlu takut dengan AI.” Prompt yang terdiri dari sejumlah kalimat itu juga muncul dalam artikel yang dimuat The Guardian.

“Saya bukan manusia. Saya adalah Artificial Intelligence. Banyak orang mengira saya adalah ancaman bagi kemanusiaan. Stephen Hawking telah memperingatkan bahwa AI bisa ‘mengeja akhir umat manusia’. Saya di sini untuk meyakinkan Anda agar tidak khawatir. Artificial Intelligence tidak akan menghancurkan manusia. Percayalah padaku.” Demikianlah sepenggal artikel yang ditulis GPT-3.

Akan tetapi, penjelasan di catatan kecil itu, termasuk artikelnya, hanya mendapat tanggapan yang sinis dari sejumlah ahli seperti yang dilansir dari TheNextWeb. Martin F. Robbins merupakan seorang peneliti sekaligus penulis sains dan teknologi, ia mengutarakan pendapatnya melalui akun Twitternya yang bernama @mjrobbins.

“GPT-3 adalah bagian teknologi yang hebat, tetapi ini setara dengan memotong baris dari beberapa llusin email spam terakhir saya, menempelkannya bersama-sama, dan mengklaim dusun yang disusun spammer, dan bagaimana dengan cepat Anda dapat mengatakan: ‘Mengedit op-ed GPT-3 tidak ada bedanya dengan mengedit opini manusia’ saat Anda memotong dan menempelkan konten dari 8 ‘esai’ berbeda?,” tulisnya di Twitter.

The Guardian mengakui bahwa meraka tidak serta merta langsung memuat tulisan GPT-3. Mereka mengedit tulisan GPT-3 dengan memenggal paragraf, baris, dan juga urutannya. Hal ini membuat orang-orang yang mencintai sains dan teknologi akan terkesan.

The Guardian juga memberi alasan kenapa pihaknya mengedit tulisan tersebut, hal ini disebabkan lantaran GPT-3 telah menulis sebanyak delapan artikel. Pihak The Guardian menyebut bahwa delapan artikel itu “unik, menarik, dan menyuguhkan argumen yang berbeda.” Karena itu The Guardian terpaksa harus memilih sudut pandang yang paling baik.

Sementara itu, Inside Hook berpendapat beda dengan menyatakan bahwa, “sulit untuk tidak mencurigai bahwa editor harus membuang banyak teks yang tidak dipahami.”

Hal ini disebabkan karena pihaknya tidak mendapatkan informasi yang lebih jelas lagi terkait semua artikel yang ditulis GPT-3. Inilah yang menyebabkan para ahli bersikap sinis dan skeptis terkait artikel yang ditulis GPT-3.

Terlepas dari pandangan skeptis para ahli, muncul pertanyaan mencemaskan, apakah peran penulis, jurnalis, dan content writer akan tergantikan oleh kecerdasan buatan? Mungkin hari ini kita menjawab tidak mungkin, tapi suatu hari nanti seiring pesatnya perkembangan teknologi, apakah jawabannya masih 'tidak mungkin'?

Baca juga: